WARNA – WARNI DALAM PEMILIHAN CALON PRESIDEN AMERIKA SERIKAT SELANJUTNYA

Pemilihan calon presiden Amerika Serikat yang selanjutnya, berlangsung dalam suasana pandemi. Yang di mana membuat kampanye dan acara – acara yang biasanya dilakukan agar menarik banyak suara dari masyarakat, sekarang dilakukan secara online. Kegiatan yang dilakukan menjadi lebih dibatasi agar tidak berkumpulnya orang – orang di sebuah tempat yang sama, yang di mana dapat mengakibatkan tersambung rantai COVID – 19 yang semakin panjang dan tiada akhrinya. Tentunya dari masing – masing calon ini memiliki para pengikutnya masing – masing yang memberikan dukungan kepada para pemimpin negaranya kelak. Hingga ada seorang dukun atau peramal yang  memberikan sebuah gambaran kira – kira siapa yang nantinya akan menjadi seorang presiden Amerika Serikat pada periode berikutnya. Dukun tersebut berasal dari peru yang disebut dengan dukun shaman.

Para dukun  tersebut memulai ritualnya dengan menggunakan baju yang warna – warni dilengkapi dengan perlatan untuk memulai ritualnya seperti bunga, asap dupa dan tidak ketinggalan yaitu foto dari calon presiden Joe Biden serta Donald Trump. Para dukun tersebut mengeluarka kata – kata Panchaka yang maksudnya adalah Ibu Bumi. Mereka mengatakan ini karena mereka mengharapkan semoga pemilihan calon presiden Amerika Serikat nantinya akan terjadi secara, tidak ada hambatan – hambatan yang akan mengganggu kedua belah pihak dari calon presiden tersebut.

Tetapi disini seorang Ana Maria Simeon selaku guru duku shaman, mengikuti ritual dari peramalan calon presiden AS tersebut mempunyai pilihannya secara pribadi, yang di mana pilihannya jatuh kepada Biden.

“Itulah sebabnya kami membersihkannya (Biden) kami telah melihat bahwa mereka menyerangnya dengan sihir, dengan boneka hitam, dengan boneka voodoo mereka membayangi untuk mengeluarkannya,” * ucap seorang dukun yang menggunakan kalung pada lehernya.

Tetapi hal seperti memang kembali lagi kepada pribadi  masing – masing, karena tentunya akan menuai pro dan kontra dari masing – masing pendukung mereka. Namanya juga dukun dan mereka meramalkan yang di mana masih sebuah praduga daris seorang manusia, yang tentunya faktanya nanti masih belum tentu, bisa dibilang masih abu – abu yang di mana masih belum jelas dan tidak ada orang yang dapat memastikan itu semua.

Saat itu Trump terinfeksi oleh virus yang sedang mewabah diseluruh dunia ini, yaitu virus corona. Tentunya ini menjadi sebuah hambatan untuk keberlangsungan dari kegaitan – kegiatan pemilihan calon presiden. Salah satunya adalah debat presiden, yang seharusnya dilakukan pada haris kamis nanti tanggal 15 Oktober, kemungkinan akan terjadi kemunduran. Karena salah satu calon presiden Joe Biden yang menolak untuk keberlangsungan dari debat calon presiden yang ke dua, bila mana Trump masih terkena virus corona tersebut.

Tentunya pada setiap kegiatan yang dilangsungkan terdapat protokol kesehatan yang sudah disepakati dan tentunya harus dipatuhi oleh kedua belah pihak. Maka dari itu Joe Biden tidak ingin jika ada orang yang tidak mengikuti protokol kesehatan yang berlaku, meskipun memang dia sudah sangat menginginkan perdebatan dengan saingannya tersebut.

“Saya jelas menantikan momen debat dengan dia. Tapi, saya berharap semua protokol dipenuhi,” * ucap Joe Biden.

Ketika itu Trump terinfeksi virus ini selang dua hari dari kegiatan debatnya dengan Joe Biden. Ini membuatnya harus dikarantina mandiri, yang di mana membutuhkan waktu hingga 10 hari. Bila kondisinya semakin memburuk maka waktu dari karantina ditambah sampai dengan 20 hari.



SALAH SASARAN SEORANG DOSEN YANG DIKIRA PENDEMO MENERIMA PENGANIYAAN

Terjadinya demo yang dilakukan oleh para mahasiswa dan juga buruh ini membuat banyak sekali peristiwa yang terjadi dan hal – hal yang membuat fasilitas umum menjadi rusak. Mulai dari tempat umum yang dibakar, lalu alatt – alat seperti pembatas jalan dan yang lainnya ikut dirusak. Ini tentunya menjadi perhatian dan sorotan oleh para pemerintah dan juga warga net, yang menganggap bahwa aksi dari demo tersebut anarkis. Karena sampai merusak dan membakar beberapa fasilitas umum, yang di mana membuat kegaduhan yang menyeramkan. Mereka mengharapkan bahwa demo itu harusnya dapat berjalan  aman, tertib dan damai tidak sampai dengan menghancurkan fasilitas – fasilitas umum yang ada.

Tetapi sebagian orang mengatakan bahwa apa yang sudah terjadi, yaitu kerusakan dari fasilitas umum yang ada itu bukanlah dari para mahasiswa yang melakukannya. Melainkan para oknum yang tidak bertanggung jawab,  masuk ke dalam barisan para mahasiswa yang memberikan kegaduhan dan juga memprovokasi. Sehingga mereka mengatakan bahwa aksi dari demo yang dilakukan itu ditunggangi, seakan – akan yang melakukan hal demikian adalah para mahasiswa. Padahal para mahasiswa sudah sepakat untuk tidak melakukan hal demikian, apalagi sampai dengan merusak fasilitas umum yang ada.

Demo yang terjadi bukan hanya di DKI Jakarta saja, tetapi dibeberapa kota besar yang berada di Indonesia. Mereka memiliki satu tujuan yaitu untuk menolak UU Cipta kerja, yang mana UU tersebut sudah diresmikan dibeberapa hari yang lalu. Ini membuat emosi dari para buruh terutamanya yang menganggap bahwa UU yang baru diresmikannya ini oleh para DPR akan merugikan pihak buruh. Dan mahasiswa disini membantu menyuarakan para suara rakyat kecil yang di mana tidak dapat melakuka aksi demo. Demo – demo yang dilakukan membuat beberapa jalan menjadi ditutup, karena situasi dan kondisi yang benar – benar tidak aman untuk dilalui oleh orang – orang umum yang melaluinya.

Sedang berada disituasi demo tentunya emosi benar – benar tidak menentu, membuat orang menjadi mudah marah dan terprovokasi dengan kata – kata orang. Jadi tidak dapat mencerna perkataan seseorang dengan baik dan bisa menjadi terbawa alur dan terprovokasi dengan mudahnya. Salah satunya adalah kasus yang dialami oleh dosen yang berasal dari perguruan tinggi swasta di kota Makassar. Dia ditangkap oleh aparat kepolisian, yang dimana ini merupakan kasus salah penangkapan yang terjadi. Karena menganggap bahwa dosen ini merupakan pendemo yang mengikuti aksi ini, sehingga polisi menangkap dirinya dan dosen ini mendapatkan kekerasan fisik pada tubuhnya. Ini membuatnya mendapatkan cidera lebam yang berada pada tubuhnya. Padahal dia sudah memberitahu pada polisi lengkap dengan keterangannya bahwa dia bukanlah seorang demonstran.

“Saya hanya kebetulan di sini terjebak. Saya mau nge-print. Saya tunjukkan KTP saya, tapi tidak juga diindahkan. Kemudian saya langsung dipukul, diangkat kerah saya. Saya langsung dihajar, dipukul dan itu tidak dipukul pada wilayah-wilayah yang tidak mematikan, karena itu di wilayah kepala dan itu secara berulang kali,” * korban salah tangkap memberi penjelasan.

Benar – benar bukan merupakan tindakan yang baik yang dilakukan oleh aparat kepolisian, setidaknya mereka mengcek terlebih dahulu sebelum membawa dan menangkapnya. Karena disitu banyak sekali orang yang dimana kemungkinan orang itu tidak melakukan demo masih besar. Apalagi tindakan kekerasan yang dilakukan benar – benar aksi yang disayangkan sekali.